Friday, July 4, 2025
HomeBerita UtamaDari Talkshow SMSI Kota Denpasar, Jaga Kawasan Suci dan Pariwisata Berkelanjutan Pembangunan...

Dari Talkshow SMSI Kota Denpasar, Jaga Kawasan Suci dan Pariwisata Berkelanjutan Pembangunan LNG Perlu Dikaji Ulang

Pembangunan industri tidak bisa dilakukan dalam radius 2 km dari kawasan suci. Oleh sebab itu rencana Pembangunan Liquefied Natural Gas (LNG) atau Gas Alam Cair yang dekat dengan Kawasan suci Pura Sakenan harus dikaji ulang. Dalam ketentuan pembangunan industri tidak bisa dilakukan dalam radius 2 km dari kawasan suci.

Foto bersama Anggota SMSI Denpasar dengan narasumber usai penyerahan sertifikat oleh Ketua SMSI Kota Denpasar Igo Kleden. Foto: tri/nbc

NARASIBALI.COM, DENPASAR – Penegasan ini terungkap pada talkshow pariwisata bertajuk ‘Menakar Dampak Pangkalan LNG terhadap Pariwisata Kota Denpasar’ yang digelar Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Kota Denpasar di Kampus STB Runata, Jalan Tukad Badung, Denpasar, Senin (16/6/2025).

Talkshow menghadirkan narasumber yang kompeten di bidang pariwisata, diantaranya Guru Besar Pariwisata Universitas Udayana, Prof. Dr. Drs. I Nyoman Sunarta, MSi. Selain itu, diskusi semakin menarik dengan hadirnya narasumber praktisi pariwisata yakni I Made Mendra Astawa, S.Tr.Par., M.Tr. Par, Ngurah Paramartha, serta pelaku pariwisata Yosep Yulius Diaz.

Rangkuman pendapat dan masukan dari 4 narasumber tersebut pada intinya bukan bukan untuk menolak atau pendukung, tetapi isu rencanan pembangunan LNG yang menimbulkan kegaduhan di masyarakat maupun di media sosial ini, Pemerintah Provinsi Bali harus mengkaji ulang untuk menyelamatkan konsep pembangunan Bali menyelamatkan budaya, lingkungan dan pariwisatanya.

Narasumber I Nyoman Sunarta, misalnya memberikan pandangan terkait dengan arah Pembangunan Bali. Menurutnya, banyak hal yang harus dipikirkan secara luas tentang pulau dewata. Tapi ia menegaskan satu hal bahwa Bali harus menjadi laboratorium hidup. Sunarta menekankan, yang dibutuhkan Bali adalah membangun destinasi pariwisata yang berkualitas.

“Caranya adalah dengan membangun Bali sesuai carrying and capacity. Kalau kita tidak ingin tergantung energi, lantas berapa banyak untuk cukup?” kata Prof. Sunarta.

Sementara Ngurah Paramartha dari industri pariwisata menyoroti Pulau Serangan yang selalu jadi pusat isu dari pembangunan. Dia mengatakan, Bali tidak pernah mencitrakan dirinya sendiri, namun banyak muncul keriuhan yang ditimbulkan oleh berbagai macam persoalan.

Ngurah Paramartha menambahkan, rencana lokasi pembangunan LNG berdekatan dengan kawasan suci, Pura Sakenan. Menurutnya, pembangunan industri tidak bisa dilakukan dalam radius 2 km dari kawasan suci. Kalau dikaitkan dengan konsep pembangunan Bali yang dicetuskan Gubernur Bali ‘Nangun Sat Kerthi Loka Bali’ dikaitkan dengan rencana pembangunan LNG di Kawasan suci sudah tidak nyambung.

“Soal sampah di situ juga tidak ada solusi, soal dermaga sampai soal reklamasi juga berada di situ dan sekarang LNG. Pertanyaannya, kenapa semuanya harus di situ,” kata Ngurah Paramarta.

Pemerhati pariwisata I Made Mendra Astawa mengatakan kepentingan ekonomi selalu ada dalam setiap rencana pembangunan. Namun, masih ada ruang kosong untuk memilih lokasi berinvestasi.

Disebutkan, pembangunan bukan menjadi tontonan wisatawan. Namun, dirinya menambahkan, kalau ingin tetap menjaga Bali sustainable harus tetap menjaga warisan leluhur. “Jadikan Bali the last heritage of Nusantara. Jangan sampai ekonomi menghancurkan warisan leluhur,” jelas Mendra Astawa.

Sementara, pelaku pariwisata Bali Yusdi Dias mengatakan, isu soal LNG itu harus dibuka kepada publik. Masyarakat berhak memberikan masukan dan tidak harus diwakilkan oleh suara asosiasi. Yusdi mempertanyakan, pemerintan perlu membuka kesempatan diskusi seluas-luasnya tentang arah pembangunan Bali.

Dia mengatakan, selama ini keberadaan Pulau Serangan identik dengan pulau penyu. Dengan adanya industri di kawasan itu ia mengkhawatirkan akan terjadi persoalan lingkungan yang serius.

“Bagaimana penyu bisa pulang untuk bertelor. Karena penyu akan pulang di tempat yang sama. Bali mau dibawa kemana, tetap mempertahankan warisan atau short term business,” kata Yusdi.

Talkshow yang dipandu oleh Ketua Divisi Kebijakan dan Diskusi Publik SMSI Kota Denpasar, Arnoldus Dhae ini, akan menyediakan ruang diskusi publik yang sehat dan konstruktif tentang keberadaan pangkalan LNG di Denpasar. Serta menggali potensi dampak terhadap sektor pariwisata dari berbagai perspektif: lingkungan, ekonomi, sosial, dan budaya.

Kegiatan talkshow ini terselenggara atas dukungan STB Runata Bali, Hotel Harris Sunset Road Bali, Breezz Hotel, Intercontinental Bali Resort, Toya Devasya, Sunshine 88, dan Eka Jaya Fast Ferry. tri/nbc

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -


Most Popular

Recent Comments