Thursday, July 17, 2025
HomeBerita UtamaCegah Bunuh Diri Perlu Regulasi Kuat dan Edukasi Masyarakat dengan Bahasa ‘Membumi’

Cegah Bunuh Diri Perlu Regulasi Kuat dan Edukasi Masyarakat dengan Bahasa ‘Membumi’

Munculnya kasus bunuh diri yang terjadi di masyarakat, dipicu oleh stress berlebihan, pengaruh negatif media sosial dan kurangnya edukasi masyarakat. Oleh sebab itu screening awal atau deteksi dini gangguan kejiwaan yang bakal memicu bunuh diri perlu terus disosialisasikan dan di edukasi kepada masyarakat untuk mengantisipasi dan mencegah bunuh diri.

Foto bersama usai penyerahan penghargaan kepada narasumber pada taklshow mental health di Istana Taman Jepun Denpasar. Sumber Foto: tri/nbc

NARASIBALI.COM, DENPASAR – Terungkapnya penyebab kasus bunuh diri dan kesehatan mental tersebut mengemuka dari para narasumber kompoten yang dihadirkan oleh Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Kota Denpasar dalam Talkshow Mental Health yang mengangkat thema ‘Merawat Kesehatan Mental: Menjaga Harapan Masyarakat Kota Denpasar yang digelar di Istana Taman Jepun, Kamis 17 Juli 2025.

SMSI Kota Denpasar menghadirkan empat narasumber diantaranya dr Amelia Dwi Nurulita Sugiharta SpKJ dari BIMC Hospital, Luh Putu Anggreni, SH, pendamping hukum UPTD PPA Kota Denpasar, Gede Eka Sandi Asmadi yang kerap disapa Bli Lolo dan Dewa Nyoman Budiasa Dirut Padma Bahtera Medical Group. Menariknya Talkshow Mental Health diikuti 100 peserta dari berbagai instansi, komunitas, mahasiswa dan masyarakat umum.

Pembicara dr. Amelia Dwi Nurulita Sugiharta SpKJ dari BIMC Hospital menyebutkan saat ini akses layanan screening kejiwaan relatif mudah di sejumlah rumah sakit, klinik hingga puskesma. “Salah satu penyebab banyaknya kejadian kasus bunuh diri karena kurangnya deteksi dini atau screening awal padahal dengan screening ini bisa menyaring untuk segera memberikan bantuan bagi warga yang memperlihatkan kecenderungan permasalahan jiwa,” jelas dr Amelia.

dr. Amelia juga mengakui bahwa saat ini faktor negatif maraknya media sosial juga menjadi penyebab orang untuk stress karena membandingkan kehidupan sendiri dengan “kehidupan ideal” yang ditampilkan medsos.

“Meski ada baik baik, tapi medsos juga kerap kali membawa dampak buruk kepada seseorang yang sangat mudah membandingkan diri dengan tampilan orang lain dengan membuat standarisasi ala medsos yang bisa menyebabkan stress. Padahal stress bisa dikelola sebab tidak ada masalah yang terlalu ringan dan tidak ada yang terlalu berat tergantung pemaknaan masing-masing individu. Di sini kita semua latihan mengelola stres dengan cara yang tepat sesuai kebutuhan masing-masing individu,” bebernya lagi.

Hal yang sama juga diakui salah seorang peserta acara, Emanuel Dewata Oja (Edo), Ketua SMSI Bali terkait pemberitaan tentang bunuh diri baik di media sosial juga media pers. Menurutnya media sosial disinyalir bisa menjadi salah satu contoh buruk exposure kasus bunuh diri yang terlalu vulgar yang dikhawatirkan bsia ditiru orang yang melihat.

Menurut Edo, tuduhan masyarakat bahwa media bisa memperburuk keadaan maraknya kasus buruk diri tak sepenuhnya benar.

Dikatakannya harus dipilah antara media sosial dan media pers yang bekerja dengan standar jurnalistik yang memiliki rambu-rambu tertentu dalam mengekspose pemeritaan tentang kasus bunuh diri yang jika dilanggar ada “hukumannya” dari Dewan Pers

“Exposure media sosial memang kebanyakan vulgar namun media pers tak bisa begitu sebab ada rambu kode etik jurnalistik yang wajib dipatuhi semua wartawan dan kami wartawan media pers berjalan di jalur regulasi. Media sosial main di hutan rimba, pers gak boleh tampilkan darah di emdia masing-masing juga kekerasan, Jadi seharusnya medsos pun begitu, bagaimana regulasi terhadap medsos sehingga ada pembatasan menginformasikan sesuatu minimal sama lah dengan kerja media pers,” tegas Edo.

Di kesempatan yang sama pembicara lain Gede Eka Sandi Asmadi (Bli Lolo) menyampaikan perlunya edukasi pada masyarakat tentang kesadaran untuk berani “speak up” dan menerima apa yang terjadi di dalam diri.

“Saat ini stress tak kelihatan ditambah dengan informasi yang kerap tak terfilter, kerap kali kekuatan mental kita tak cukup kuat memikul beban. Sehingga edukasi dan sosialisasi tentang hal ini perlu dilakukan dengan bahasa yang membumi dan sederhana agar mudah dimengerti,” jelas Bli Lolo yang juga mengakui sebagai penyintas gangguan mental.

Saat ini, lanjutnya sangat mudah mencari informasi tentang apapun termasuk bagaimana mengelola kesehatan mental, tapi kadang informasi yang ada terlalu melangit dan tak bisa kita filter yang bisa membuat stress makin menumpuk.

“Penting sekali untuk berani mencari solusi yang terarah semisal cek fisik pemicu kondisi gerd atau stres, kemudian jangan malu ke psikolog jangan takut stigma yang saat ini masih ada, pasien psikolog kerap dicap stigma negatif. Cari aktivitas sehat semisal ubah pola makan, meditasi, yoga dan olahraga lain. Gabung dengan komunitas dan suport system yang bisa menenangkan perasaan bahwa kita tak sendiri,” bebernya lagi.

“Bisa dicontohlah negara lain misalnya Australia di beberapa tempat kerap kita temui pengumuman tempat konseling besertcall center bagi orang-orang dengan gejala gangguan mental sehingga tak sampai bunuh diri,” terangnya.

Sementara itu Luh Putu Anggreni, SH, pendamping hukum UPTD PPA Kota Denpasar dalam talkshow ini mengangkat pentingnya manajemen kasus terkait persoalan mental di masyarakat terutama bagi perempuan dan anak. “Manajemen kasus dapat menjadi pendekatan yang dibutuhkan untuk menjamin anak dan keluarga memperoleh aset secara akses terhadap pelayanan yang tepat,” jelas Luh Putu Anggreni.

Ia juga membahas perlindungan anak terpadu berbasis masyarakat (PATBM) yaitu sebuah gerakan dari jaringan atau kelompok warga pada tingkat masyarakat yang bekerja secara terkoordinasi untuk mencapai tujuan perlindungan anak.

“PATBM merupakan inisiatif masyarakat sebagai ujung tombak untuk melakukan upaya-upaya promosi dan pencegahan kekerasan terhadap anak dengan membangun kesadaran ke arah perubahan pemahaman sikap dan perilaku berkenaan upaya perlindungan anak,” urainya.

Fenomena bunuh diri bukan hanya soal individu, tapi merupakan masalah sosial yang bisa dicegah bila ditangani bersama-sama. Melalui kegiatan ini, kami berharap Kota Denpasar bisa menjadi kota yang lebih peduli terhadap kesehatan mental warganya, dan mampu menciptakan lingkungan yang lebih suportif, terbuka, dan penuh harapan.

Menggenapi wawasan tentang kesehatan mental ini Dewa Nyoman Budiasa Dirut Padma Bahtera Medical Group sekaligus pemilik Istana Taman Jepun mengulik soal bagaimana menciptakan ketenangan dalam menjaga kesehatan mental di tengah badai kehidupan kerja di Bali. Dikatakannya seringkali manusia fokus pada kesehatan fisik namun lupa bawa pikiran dan perasaan kita juga butuh perhatian apalagi di tengah tuntutan hidup yang kian kompleks.

“Hari ini kita menyelami bagaimana lingkungan kerja baik ekstrem maupun yang dialami sehari-hari bisa mempengaruhi mental dan yang terpenting Bagaimana bisa tetap tegar dan menemukan ketenangan,” tuturnya.

Ia mengungkapkan bahwa tekanan sosial dan ekonomi di Bali usai pandemi yang mengubah banyak hal meskipun pariwisata mulai pulih namun jejaknya masih terasa dan memunculkan tekanan baru satu ketidakpastian ekonomi.

Ketua SMSI Denpasar Igo Kleden mengatakan, talkshow ini diharap bisa menjadi masukan bagi pihak-pihak terkait dan menjadi wacana bermanfaat bagi masyarakat untuk turut serta mengantisipasi dan mencegah kejadian bunuh diri berulang.

“Kami harap akan semakin tumbuh kesadaran publik terhadap pentingnya kesehatan mental dan pencegahan bunuh diri dan mendorong keterbukaan dalam membahas isu mental health tanpa stigma yang ujungnya membantu merancang langkah konkret kolaboratif untuk mencegah bunuh diri di Denpasar juga lebih luas lagi di Bali,” tutup Igo.

Dalam kesempatan ini selain talkshow juga dilakukan penandatanganan MoU antara SMSI Denpasar dengan STB Runata Denpasar.

Talkshow Mental Health ini terselenggara dengan dukungan sejumlah pihak termasuk Istana Taman Jepun, BIMC Kuta, UPTD PPA Pemkot Denpasar, Paradise Stand Up Paddle, Bali Nice Diving, Melati Bali Resto, Moonstone Beach Lounge, The Village, Ganesha Ek Sanskriti dan CV Asia Treasure. tri/nbc

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -


Most Popular

Recent Comments