NARASIBALI.COM, DENPASAR – Mengusung tema semangat kebersamaan melalui refleksi kembali ke kampus. ITB Stikom Bali melaksanakan Dies Natalis ke-23, Minggu (10/8/2025) di kampus setempat.
Momen Dies Natalis ke-23 ini buat ITB Stikom Bali merupakan sebuah rumah besar dalam meletakkan dasar visi dan misi untuk membangun kecerdasan.
Pembina Yayasan Widya Dharma Shanti (WDS) Denpasar Prof. Dr. I Made Bandem, MA. mengatakan, pada awal berdiri, status badan hukum sekolah tinggi, STIMIK STIKOM Bali.
Dua prodi dibuka dengan menjaring 40 mahasiswa di tahun pertama tahun 2002. Pada perjalanan berikutnya, jumlah mahasiswa baru terus bertambah menjadi 150 dan 300 orang.
“Sampai pada akhirnya kita menerima kurang lebih 1.000 mahasiswa baru setiap tahun. Bahkan pernah menerima mahasiswa sampai 1.500 orang,” kata tokoh pendidikan dan budayawan Bali ini, Minggu, 10 Agustus 2025.
Pada tahun 2019, STIMIK STIKOM Bali kembali bertransformasi menjadi institut, ITB STIKOM Bali dan saat ini telah memiliki enam prodi.
Tidak berhenti sampai di situ, Yayasan Widya Dharma Shanti (WDS) Denpasar kembali mengusulkan peningkatan status dengan brand baru Universitas STIKOM Bali (USB).
“Mudah-mudahan dalam waktu tidak terlalu lama usulan kami diterima. Asesmen tahap akhir kami telah menyelesaikan persyaratan yang harus dipenuhi,” kata Made Bandem.
Rektor ITB STIKOM Bali Dr. Dadang Hermawan menambahkan, di tengah kompetisi ketat pendidikan tinggi, ITB STIKOM Bali tetap menjaga cita-cita sebagai kampus global dan berstandar internasional.
Langkah go international sudah dimulai dengan membangun program kolaborasi dengan sejumlah Perguruan tinggi luar negeri seperti HELP Malaysia, Valaya Alongkorn Rajabhat University Thailand.
Hingga, kerjasama dengan kampus di Taiwan dan Jepang. Penjajakan juga mulai dilakukan ITB STIKOM Bali dengan Guimaras State University (GSU) di Filipina.
“Kita akan terus berkembang mencapai visi menjadi Perguruan tinggi berskala dan berstandar international, dan ini sudah dimulai dari beberapa tahun lalu,” kata Dadang Hermawan.
“Sehingga nanti ITB Stikom Bali jadi ajang pertemuan seluruh bangsa. Sehingga, di kampus banyak ditemukan orang dari Afrika, Eropa, Amerika sehingga akulturasi terjadi. Ini menjadi cita-cita kami didukung dengan eksistensi yayasan,” terangnya
Menurutnya, pondasi yang dibangun ITB STIKOM Bali sudah berada pada track yang benar. Dengan demikian, tantangan pendidikan tinggi dalam meningkatkan angka partisipasi kasar (APK) Perguruan Tinggi akan tercapai.
“APK di Bali masih sangat rendah sekitar 30 persen mahasiswa yang mengenyam pendidikan tinggi. Tapi di sini, kami punya jalan keluarnya melalui KIP, program pemerintah daerah satu keluarga satu sarjana dan beasiswa dari yayasan,” pungkasnya tha/nbc