Saturday, August 16, 2025
HomeBerita UtamaMembangun Green Behavior untuk Atasi Masalah Sampah

Membangun Green Behavior untuk Atasi Masalah Sampah

Oleh: Dr. I Ketut Suar Adnyana, M.Hum. Akademisi Universitas Dwijendra

NARASIBALI.COM, DENPASAR – Sampah saat ini menjadi persoalan esensial dan sangat mendesak di Bali. Permasalahan sampah tidak saja menjadi permasalahan di perkotaan tetapi juga menjadi permasalahan di perdesaan.

Permasalahan sampah tidak hanya berdampak pada luas pada  aspek lingkungan, tetapi juga berdampak pada kesehatan masyarakat, citra pariwisata, hingga keberlanjutan budaya Bali yang sangat menjunjung kesucian alam dan harmonisasi dengan lingkungan.

Permasalahan sampah di Bali telah berlangsung selama bertahun-tahun dan tampaknya menjadi persoalan yang seolah-olah tidak pernah terpecahkan secara tuntas.

Berbagai inisiatif telah dilakukan, namun kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa sampah masih menggunung, sungai-sungai tercemar, dan tempat pembuangan akhir (TPA) mengalami kelebihan kapasitas.

Pemerintah Provinsi Bali sebenarnya menunjukkan keseriusan dalam menangani masalah ini. Salah satu langkah penting adalah terbitnya Surat Edaran (SE) Nomor 2 Tahun 2025 yang dikeluarkan pada 20 Januari 2025.

Surat edaran ini merupakan bentuk penegasan implementasi terhadap Peraturan Gubernur Bali Nomor 97 Tahun 2018 tentang Pembatasan Timbulan Sampah Plastik Sekali Pakai.

Ini menunjukkan bahwa Pemprov Bali memahami akar persoalan: plastik sekali pakai menjadi salah satu penyumbang terbesar tumpukan sampah yang sulit terurai.

Berbagai program telah diluncurkan untuk mendukung regulasi tersebut, termasuk pengelolaan sampah berbasis sumber.

Program ini tampaknya tidak berjalan efektif karena kesadaran masyarakat dalam mengatasi sampah belum maksimal.

Untuk program jangka panjang, perlu ditumbuhkan green behavior atau perilaku ramah lingkungan adalah sikap dan tindakan individu yang mencerminkan kepedulian terhadap pelestarian alam.

Dalam konteks pengelolaan sampah, green behavior meliputi tindakan-tindakan seperti memilah sampah, mengurangi penggunaan plastik, menggunakan kembali barang-barang (reuse), serta mendaur ulang (recycle).

Lebih dari itu, green behavior juga mencakup nilai tanggung jawab kolektif, yakni kesediaan masyarakat untuk saling mengingatkan, bekerja sama, dan aktif menjaga lingkungan sekitar dari kerusakan akibat sampah.

Permasalahannya, perilaku ini belum menjadi kebiasaan atau budaya masyarakat secara luas. Selama ini, masyarakat cenderung hanya responsif ketika ada larangan atau imbauan dari pemerintah, seperti saat munculnya surat edaran atau saat terjadi peristiwa luar biasa seperti banjir akibat saluran tersumbat sampah.

Setelah itu, semangat menjaga lingkungan perlahan meredup seiring hilangnya tekanan atau pengawasan langsung. Ketergantungan pada peran pemerintah sebagai pengingat utama menunjukkan bahwa tingkat kesadaran masyarakat terhadap dalam mengatasi sampah masih rendah dan belum terinternalisasi secara mendalam.

Oleh karena itu, solusi jangka panjang tidak cukup hanya dengan peraturan atau program sesaat. Yang lebih penting dan mendesak adalah penanaman nilai dan kesadaran melalui pendidikan lingkungan hidup di sekolah-sekolah.

Kesadaran siswa terhadap lingkungan perlu ditumbuhkan. Satu cara untuk menumbuhkan kesadaran siswa dalam menangani sampah dengan cara mengintegrasikan nilai-nilai lingkungan ke dalam materi pembelajaran. Dengan menginternalisasi isu-isu tentang sampah.

Cara ini bertujuan agar peserta didik tidak hanya memperoleh pengetahuan akademik semata, tetapi juga tumbuh kesadaran, sikap, dan kebiasaan untuk bertindak ramah lingkungan sejak dini. nbc

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -


Most Popular

Recent Comments