NARASIBALI.com, DENPASAR – Semangat sinergi dan kolaborasi direalisasikan Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Bali melalui penyelenggaraan High Level Focus Group Discussion (FGD) pada Kamis (18/9/2025) yang mengangkat tema “Penguatan Pariwisata, Investasi, dan Ekonomi Kreatif Untuk Akselerasi Pertumbuhan Ekonomi Bali”.
Sesuai tema yang diangkat, FGD berfokus pada penguatan 3 pilar esensial ekonomi Bali yakni pariwisata, investasi, dan ekonomi kreatif. Ketiga pilar ini saling terkait sehingga perlu kolaborasi untuk merumuskan strategi konkret yang makin terintegrasi, implementatif, dan efektif.
Forum strategis tersebut mempertemukan jajaran pimpinan stakeholders dari pusat dan daerah. Dari Pemerintah Pusat, yaitu Deputi Bidang Pengembangan Strategis Ekonomi Kreatif Kementerian Ekonomi Kreatif, Cecep Rukendi; Sekretaris Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur/Plh. Asdep Pengembangan Amenitas dan Aksesibilitas Pariwisata Wilayah II Kementerian Pariwisata, S. Utari Widyastuti; Direktur Perencanaan Infrastruktur Kemeninves/BKPM, Moris Nuaimi; dan Direktur Pariwisata, Ekonomi Kreatif dan Ekonomi Digital Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Wahyu Wijayanto.
Dari pemerintah daerah Provinsi turut hadir Staf Ahli Gubernur Bidang Ekonomi dan Keuangan, Dr. I Wayan Ekadina, serta para mitra daerah dari unsur pimpinan OJK, perangkat daerah Pemprov/ Pemkab/ Pemkot, perbankan, dan asosiasi/pelaku usaha terkait pariwisata, investasi, dan ekraf turut memperkuat komitmen bersama dalam mendorong transformasi ekonomi Bali.
Sebagai pembuka diskusi, Butet Linda memaparkan hasil asesmen berbasiskan data dan fakta terkait perkembangan, potensi, dan tantangan sektor pariwisata, investasi, dan ekonomi kreatif di Bali. Ia menekankan bahwa melalui FGD ini diharapkan lahir rekomendasi konkret untuk mendorong pariwisata yang lebih berkualitas, investasi yang makin inklusif, serta optimalisasi kinerja ekonomi kreatif. “Pariwisata, investasi, dan ekonomi kreatif adalah tiga pilar utama yang harus diperkuat secara sinergis agar Bali dapat tumbuh lebih inklusif, merata, dan berkelanjutan”, ujarnya.
Bali memiliki potensi besar pada tiga sektor utama yang memerlukan langkah konkret berkesinambungan dan komitmen bersama untuk mendorong pengembangannya. Hal ini mengemuka dari diskusi bersama kementerian dan seluruh perangkat daerah, serta pelaku usaha terkait. Pada bidang pariwisata, Bali dihadapkan pada tantangan menjaga posisinya sebagai destinasi unggulan dunia.
Pada bidang pariwisata, Bali perlu terus berinovasi guna memepertahankan posisi sebagai destinasi unggulan dunia. “Pembangunan dan tata ruang pariwisata di Bali perlu lebih merata dan tidak menggeser fungsi lahan produktif,” ucap Utari.
Upaya yang perlu ditekankan meliputi diversifikasi pasar dan destinasi, pengembangan atraksi baru seperti gastronomi dan wellness tourism, serta perbaikan pengelolaan eksternalitas seperti kebersihan, keamanan, dan transportasi. Strategi ini ditujukan untuk meningkatkan kualitas pariwisata, memperpanjang lama tinggal wisatawan, serta mendorong peningkatan belanja turis.
Pada sisi investasi, engine of growth pertumbuhan ekonomi Bali tidak lepas dari dukungan kinerja investasi. Untuk itu diperlukan enhancement dalam hal tata kelola perizinan, peningkatan pengawasan dan penertiban usaha akomodasi yang belum sesuai ketentuan, serta pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dan proyek potensial baru, khususnya di Bali Utara, menjadi kunci dalam mendorong investasi yang berkualitas dan berkelanjutan.
Langkah ini selaras dengan Kemenives/BKPM yang mempertegas pentingnya pemerataan investasi dalam menjaga keseimbangan struktur ekonomi Bali agar tidak terlalu bergantung pada pariwisata Bali Selatan. ”Kami mengarahkan investasi pada sektor dan aktivitas yang produktif, yang memiliki multiplier paling besar terhadap perekonomian,” ucap Moris.
Sementara itu, ekonomi kreatif dipandang sebagai sektor yang tumbuh kuat berkat akar budaya lokal sekaligus adaptif terhadap tren digital global. Cecep menjelaskan “Bali telah menjadi salah satu daerah asal ekraf terbesar di Indonesia, dengan ekspor produk ekraf termasuk yang tertinggi secara nasional”. Optimalisasi pengembangan ekraf akan diarahkan pada peningkatan kapasitas pelaku usaha melalui edukasi dan pelatihan, perluasan akses pasar lewat kemitraan strategis dan promosi, serta peningkatan akses pembiayaan agar UMKM/ekraf Bali mampu bersaing di tingkat internasional.
Dalam kesempatan tersebut, Pemerintah Provinsi Bali menyambut baik strategi kebijakan dan dukungan Pemerintah Pusat dalam memperkuat akselerasi ekonomi Bali. Staf Ahli Gubernur Bidang Ekonomi dan Keuangan menekankan pembangunan pariwisata yang diarahkan untuk tetap berbudaya, berkualitas, dan berdaya saing, dengan dukungan ekosistem yang terintegrasi dalam rencana pembangunan ekonomi Bali. ”Bali memiliki potensi besar untuk mendunia melalui strategi pemasaran pariwisata berbasis ekonomi kreatif digital,” ucapnya.
Harmonisasi langkah bersama antara pusat dan daerah menjadi katalis utama dalam mendorong lompatan sektor pariwisata, investasi, dan ekonomi kreatif di Bali. Beberapa tindak lanjut dan langkah konkret selanjutnya diarahkan pada penguatan alignment sistem perizinan agar selaras dengan kebutuhan pengembangan pariwisata Bali yang berkualitas dan regeneratif, termasuk dalam mencegah alih fungsi lahan dan penataan villa.
Lebih lanjut, percepatan pengembangan Bali Utara sebagai sumber pertumbuhan baru, menjadi perhatian Kementerian Pariwisata dengan promosi wisata B3 (Banyuwangi, Bali Utara, dan Bali Barat) serta pembukaan akses jalur transportasi ke pelabuhan Celukan Bawang di Buleleng.
Forum strategis ini akan terus digelar secara reguler sebagai arena diskusi gagasan, solusi, dan terobosan nyata untuk menjawab tantangan pembangunan sekaligus mengawal visi besar ”Ekonomi Kerthi Bali”. tha/nbc