NARASIBALI.COM, DENPASAR – Melalui penyampaian perkembangan ekonomi dan kebijakan terkini diharapkan dapat menjadi fondasi percepatan transformasi ekonomi daerah, khususnya di Provinsi Bali. Hal ini selaras dengan hasil keputusan Rapat Dewan Gubernur September 2025, dengan upaya bersama untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dengan menjaga tetap rendahnya prakiraan inflasi 2025 dan 2026 dalam sasaran 2,5±1% dan stabilitas nilai tukar Rupiah sesuai dengan fundamentalnya.
Prospek perekonomian global masih belum kuat dengan adanya penerapan tarif resiprokal AS dan ketidakpastian yang masih tinggi diprakirakan menyebabkan pertumbuhan ekonomi di sebagian besar negara melambat. Namun demikian, pertumbuhan ekonomi di Provinsi Bali masih tumbuh solid pada triwulan II 2025 mencapai 5,95%, lebih tinggi dari nasional.
Kinerja ini utamanya ditopang oleh sektor pariwisata yang terus mengalami pemulihan dan berdampak pada sejumlah lapangan usaha, seperti akomodasi makan minum, konstruksi, perdagangan, maupun transportasi dan pergudangan. Erwin menuturkan bahwa hingga September 2025, Bank Indonesia telah menurunkan BI Rate menjadi 4,75%. Penurunan ini merupakan kelanjutan dari kebijakan yang telah dilakukan sejak 2024, sebagai respons untuk penguatan daya beli masyarakat dan mendorong pertumbuhan ekonomi ke depan.
Terdapat 4 (empat) strategi yang menjadi fokus utama memperkuat pertumbuhan ekonomi domestik, khususnya Provinsi Bali yaitu (1) akselerasi investasi melalui proyek strategis dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) sebagai new engine of growth pertumbuhan ekonomi daerah, (2) strategi pariwisata berkualitas dimana Quality Tourism menjadi aspek penting mengingat pariwisata Bali menyumbang 64,29% devisa pariwisata nasional, (3) peningkatan produktivitas sektor pertanian, serta (4) penetrasi dan akselerasi digitalisasi pembayaran yang efisien dan inklusif di daerah perkotaan dan nonperkotaan.
Langkah-langkah strategis tersebut diharapkan dapat memperkuat fondasi pertumbuhan ekonomi Bali yang inklusif dan berkelanjutan, sejalan dengan arah kebijakan nasional dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan mempercepat transformasi digital di seluruh daerah.
Selanjutnya pembahasan topical issues kedaerahan, Butet Linda, Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali menuturkan kondisi kepercayaan investor terhadap prospek ekonomi Bali tetap solid ditengah tantangan global. Perkembangan investasi di Bali telah mencapai 52,60% on track terhadap target. Terdapat 2 (dua) KEK di Bali yaitu KEK Sanur dan KEK Kura-Kura yang masuk ke dalam realisasi investasi terbaik secara nasional pada 2024, dengan dampak penyerapan tenaga kerja cukup besar. Melalui capaian tersebut Bank Indonesia memandang investasi berbasis kawasan dan infrastruktur strategis menjadi penggerak utama ekonomi Bali
Ke depan sejalan dengan arah kebijakan untuk dalam meningkatkan daya dukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif. Sektor pariwisata masih menjadi sektor unggulan dalam menopang pertumbuhan ekonomi di Bali. Sejalan dengan hal tersebut arah pengembangan Quality Tourism perlu diperkuat.
”Berbagai langkah konkret telah dilakukan oleh Bank Indonesia, tentunya melalui penguatan Quality Toursim. Ke depan terdapat beberapa strategi diantaranya manajemen kunjungan di Destinasi Tujuan Wisata (DTW) melalui sistem tiket digital dan digitalisasi batas kunjungan harian berbasis data carrying capacity, pengembangan aplikasi terintegrasi seperti Love Bali, penguatan dan optimalisasi Forum Diskusi Pusat Daerah, serta mendorong investasi tersier baru ke non-Sarbagia”, ujar Butet.
Dukungan dan optimisme tersebut, mendukung perekonomian Provinsi Bali. Pada tahun 2025, pertumbuhan ekonomi diprakirakan tumbuh kuat di atas titik tengah kisaran 5,0%5,8%(yoy). Arah pertumbuhan ini mencerminkan semakin solidnya momentum pemulihan ekonomi pasca pandemi, turut didukung oleh progam unggulan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali yang bersinergi dengan Pemerintah Daerah, diantaranya Bali Jagaditha, Baligivation, Bali Investment Challenge, Event QRIS Nasional dan QRIS Summer Run, serta yang akan datang Bali Green Economic Forum.
Terkait strategi digitalisasi sistem pembayaran disampaikan langsung oleh Yusuf Wicaksono, Ekonom Ahli dan Nindy, Kepala Tim Implementasi Kebijakan SP & PUR, terdapat 4 (empat) area akselerasi penetrasi digital, yaitu digitalisasi bantuan sosial (bansos), transportasi, transaksi pemerintah daerah, dan ekosistem pariwisata. Perkembangan dari sisi supply tercermin dari kesiapan infrastruktur digital BI Bali yang secara umum sudah tergolong baik. Namun demikian, masih terdapat titik-titik blankspot terutama di kawasan wisata seperti daerah wisata Pandawa dan Nusa Dua, sehingga perlu dorongan untuk pemerataan penetrasi digital baik melalui penguatan infrastruktur.
Selain itu juga dilakukan sosialisasi berbasis komunitas untuk meningkatkan literasi digital. Dari sisi demand, akseptansi dan perkembangan ekosistem digital terus menunjukkan peningkatan. Perkembangan transaksi QRIS per Agustus 2025 mencapai 1,1 juta, tumbuh 4,7% (yoy), merchant mencapai 1 juta merchant, yang tumbuh 16,2% (yoy).
”QRIS Cross Border juga semakin meningkat, menandakan wisatawan yang berkunjung ke Bali juga semakin aware akan penggunaan QRIS,” ujar Nindy. Dengan adanya perkembangan ekosistem digital, baik supply dan demand mendukung perkembangan pariwisata Bali yang semakin maju dan berkualitas.
Kombinasi investasi yang produktif, pariwisata berkualitas, peningkatan produktivitas pertanian, serta percepatan digitalisasi ekonomi daerah akan menjadi fondasi utama dalam menjaga momentum pertumbuhan Bali. Melalui sinergi yang kuat antara kebijakan pusat dan daerah serta fokus pada penguatan ekonomi domestik, Bank Indonesia meyakini perekonomian Bali akan tumbuh kuat, inklusif, dan berkelanjutan. tha/nbc